Rabu, Juli 21, 2010

BAPAK KU KO PAJA, IBUKU METRO MINI

Seperti biasa,sore itu ku bergegas keluar dari kantor. Dengan langkah agak gontai , kulangkahkan kakiku untuk menuju halte bis dekat mabes polri. Kebetulan saat itu badanku sedikit meriang.,,rasa capek, polusi dan sesaknya kota jakarta semakin membuatku ingin segera sampai di kost untuk istirahat.

Akhirnya tak berapa lama, yang ditunggu telah datang, metro mini 75…dengan warna dan bentuknya yang khas. Alhamdulillah dapat tempat duduk, lumayanlah walaupun bau dan agak kotor, masih lumayan nyaman. Sang sopir pun langsung tancap gas…wus..wus…, emang mungkin sopir metro mini punya bakat jadi pembalap, Siat…siut..belok kanan kiri….rem mendadak hal yg wajar…mengemudikan bus tua ditengah macet dan padatnya jalanan jakarta..salut deh buat pak sopir.

Ah dasar…setiap naik metro mini dan duduk, bawaannya ngantuk melulu, mata terasa berat..asap mengepul tak mampu mengalahkan rasa kantukku…setengah sadar, menikmati juga, lumayanlah dapat tidur di metro mini..he.he.

Sesampainya di lampu merah mampang prapatan, dapat ku tebak, disana nanti akan naik beberapa pengamen kecil. Eh benar…kali ini emang yang masuk dua anak kecil-kecil, lebih kecil dari biasanya. Dengan ceria dan sambil tertawa mereka berebut masuk duluan ke bis,,aku duluan,,aku duluan teriak mereka. Setelah keduanya masuk ke dalam metro mini, aksi panggung pun di mulai,,tanpa gitar tanpa alat, cukup dengan mulut, tepukan tangan dan beberapa amplop kosong. Mereka berdua mulai menyanyi..ku amati mereka…salah satunya masih sangat kecil, sekitar seumuran anak tk. “ asmala….”.satu kata yg kudengar dari mulut kecilnya. Dengan PD nya mereka nyanyi dengan ceria walau terdengar fales dan agak sedikit cedal mereka tetep melanjutkan menyanyi,,eh si kecil malah mengeraskan suaranya. Aku hanya bisa tersenyum….Sekitar 3 menit kemudian aku harus turun, tak lupa amplop sakti mereka kuserahkan, walaupun tidak banyak , semoga menjadi rejeki halal mu dik.’gumamku dalam hati’

Tak sempat ku tanya siapa namanya, tak sempat ku tanya berapa umurnya, sekolah kelas berapa, dimana rumahnya, siapa ibunya..aku pun turun dari bus, kulihat dari kejauhan,,mereka masih meneruskan aksi panggungnya..

Sambil berjalan menuju kost, sedikit ku berpikir dan merenung..alangkah beruntungnya diriku..walaupun dibesarkan di desa, ku tak pernah disuruh mengamen di waktu tk, aku masih dapat meraskan nikmatnya bermain,bersama teman-teman. Aku hanya bisa menghela nafas dalam –dalam. Pemandangan semacam ini biasa di temui di kota-kota besar negeri ini, apalagi Jakarta.

Sahabat..cobalah sejenak kita merenung, ..boleh jadi menjadi pengamen bukanlah keingnan dari anak itu. Ingin sekolah, ingin bermain,ingin mainan yang ini , ingin baju bagus..makan enak, anak kecil ini pun tentu menginginkannya. Akan tetapi di usianya yang terbilang masih balita, dibawah lima tahun dia harus berjuang untuk memperoleh uang. Kemiskinan..menjadi salah satu faktor utama, Si orang tua pun bahkan ada yang menyuruh atau mungkin memaksa anaknya yang masih kecil untuk mengamen di jalan dan bis kota. Ancaman bahaya kecelakaan,kekerasan,pemalakan,terus mengintai mereka, tak sebanding dengan apa yang mereka dapat. Berpeluh keringat, menghabiskan waktunya di jalan dan bis kota. Seolah –olah, jalanan, metromini dan kopaja adalah orang tua mereka, dikarenakan waktu bersama metro mini boleh jadi lebih banyak daripada waktu mereka bercengkrama dengan bapak ibunya. Padahal anak sekecil itu berada dalam fase hidup yng ingin bermain,membutuhkan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya. Akan tetapi..faktor ekonomi dan kemiskinanlah yang kadang membuat orang tua tega memaksa anaknya yang masih balita untuk mencari makan untuk bertahan hidup. Bahkan karena kelemahan iman ..orang tuapun kadang tega membuang dan menelantarkan anak-anaknya.

Anak adalah anugerah dan titipan dari Tuhan, tak sepantasnyalah kita menyia-nyiakan amanat dari Tuhan. Alangkah malunya diri ini , belum bisa berbuat banyak untuk mereka ,di negeriku yang kucintai ini, masih begitu banyaknya balita dan anak-anak kecil yang tiap hari mereka menghabiskan waktunya di jalanan, tiap hari meraskan kelaparan , menghirup asap-asap hitam knalpot bus dan kendaraan. Berpeluh keringat,,menjajakan suara hanya untuk sekedar memperoleh uang untuk makan dan jajan.

Ya Allah, karuniakanlah kepada bangsa kami ini generasi-generasi yang kuat, sehingga pemandangan seperti ini sedikit demi sedikit hilang dari negeri kami. Semoga anak kecil tadi ketka aku tanya siapa nama bapak ibumu?dia tidak menjawab “ Bapakku Ko Paja dan ibuku Metro Mini”

#Jakarta,210710#